RSS

Ooh… Teh Juga Memiliki Sejarah

Mengubah kondisi negatif menjadi energi positif memang mesti kita lakukan supaya hidup tidak dihiasi dengan keluhan. Yah, seperti kondisi Sabtu pagi ini. Langit gelap dan hujan yang membuat malas untuk beraktivitas. Untungnya saya terkena libur sehingga tidak terlalu memberatkan.

Usai mengantarkan istri berangkat kerja seperti biasa saya menyeruput teh poci sambil membaca koran lokal dan bisnis. Pokoknya mah menikmati hidup betul. Lagi asik-asiknya membaca koran, pikiran saya langsung teringat dengan sebuah buku yang mengupas tentang sejarah teh di dunia dan Indonesia.

Tanpa pikir panjang saya pun langsung mengambil buku bersampul putih itu untuk dijadikan bahan catatan kecil. Sejak empat tahun terakhir ini saya memang hobi banget membuat tulisan ringan untuk diuptade di blog pribadiku. Loh, ini kok malah ngobrolin diri sendiri, kapan bicara soal sejarah tehnya.

Aduh, maaf yah keasikan nulis autibografi. Maklum, beberapa bulan ini saya lagi suka membaca buku biografi orang-orang besar. Beberapa buka yang sudah aku beli diantaranya biografi Mahatma Gandhi, Syafi,I Maarif, BJ Habibi, Si Chiro Honda, Abu Bakar Sidhiq dan Soeharto dan terakhir adalah Presiden Amerika Serikat berkulit hitam, Barack Obama.

Bagi saya, membaca buku biografri membuat inspirasi dan kita tidak kehilangan semangat untuk menerjang perubahan sebagaimana yang pernah dilakukan Syafii Maarif, Soeharto termasuk Obama. Mereka pernah mengalami masa sulit sebagaimana yang dialami kebanyakan orang.

Kembali ke tema tentang sejarah teh yang baru saya ketahui setelah baca buku, ternyata tradisi minum the itu cukup melegenda. Tahun 2.737 sebelum Masehi, Kaisar Shen Nung mencicipi air rebusan yang dijatuhi beberapa helai daun Camelia Sinensis dan menemukan rasa yang segar dan menyedapkan.

Legenda the juga datang dari negari Tuan Takur, India. Di sana, Bodidarma mengunyah beberapa daun yang tumbuh di dekatnya saat petapa selama tujuh tahun.Tak ketinggalan legenda the juga terjadi di negeri sakura, Jepang. Pada tahun 600 Masehi, Drauma, pembawa ajaran agama Zen Buddha merasa frustasi untuk bisa terus terjaga saat petapa. Saat itulah dedaunan berjatuhan dan langsung membuat energi baru.

Waow, pasti pembaca baru tahu sejarah ini karena hampir tidak ada penjelasan mengenai sejarah teh setiap kali kita minum teh baik di rumah ataupun di rumah makan. Terus kalau sejarah the di Indonesia gimana ceritanya?. Eit, sabar dulu karena merupakan negara berpenghasilan the terbesar di dunia, so pasti ada dong sejarahnya.

Sebelum kita ngomongin sejarah the di Indonesia, saya ingin memberitahu terlebih dahulu siapa penyebar the di wilayah Eropa, ia adalah Marcopolo. Nah, sekarang kita ngomongin the di Indonesia. Menurut buku ini, tanaman the diperkenalkan di Indonesia ini pada tahun 1686 oleh seorang ahli botanical sekaligus dokter dari negeri kincir angina, Belanda. Ia adalah Andreas Cleyer yang memperkenalkan perkebunan the di Batavia.

Perkebunan the di Indonesia banyak dibuka pada massa pemerintahan Hindia Belanda, zaman Gubernur Jenderal Van De Bosch (1830-1870). Ini merupakan bagian dari program tanam paksa negara yang pernah menjajah kita itu. Wah, brengsek juga yah mereka. Meraup keuntungan dari keringat rakyat Indonesia. Untungnya sudah diusir oleh pahlawan kita, coba kalau sekarang masih seperti itu pasti saya dan pembaca siap perang habis-habis dengan mereka.

Meski saya tahu negeri ini tidak memiliki persenjataan canggih seperti mereka, tapi patriotisme mengalahkan semua itu. Tidak seperti pemerintah sekarang digretak sama Malaysia mlempem, di begis sama Arab minder. Kesel campur kecewa kalau dipimpin oleh orang yang mentalnya tidak segagah fisiknya. Maaf Pak SBY, ini suara rakyat yang rindu pemimpin gagah berani, tegas dan memiliki wibawa.

Ah, sudahlah mikiran negara memang pelik apalagi pemimpinnya tidak pernah mikiran kita, ngapain kita cape-cape mikiran mereka. Lebih baik minum teh sambil mengenang sejarah teh di masa lalu.Kini, bagi pembaca yang ingin menikmati kesegaran the seperti yang pernah dirasakan para tokoh dunia itu datangi saja Gardoe Welitan (GW) di Jalan Sykeh Nawawi Al Bantani, Perumahan Banjarsari Permai, Cipocok Jaya, Kota Serang, Provinsi Banten. ****

Sabtu, 11 Desember 2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar